Rabu, 20 Mei 2009

Resah

Dulu (beberapa tahun yang lalu) waktu mendengar di sekitar komplek akan dibangun 2 buah sekolah ternama di kota, senang rasanya hati. Karena Ca pikir sekolah berarti lebih dekat donk. Tapi sekarang ada perasaan gundah menghantui.
Saat proyek pembangunan sekolah mulai berjalan, ada protes dari warga sekitar karena truk-truk maupun kendaraan cepat melintasi jalan komplek yang menyebabkan jalanan rusak dan timbulnya debu yang mengotori rumah warga. Setelah protes yang muncul disertai pemblokiran jalan yang menyebabkan proyek berhenti, mulailah musyawarah terjalin antara perwakilan dua buah perusahaan yang menangani proyek dengan warga. Musyawarah itu menghasilkan keputusan : memperkerjakan dua orang warga untuk menyiram jalanan agar debu tidak berterbangan. Seorang warga direkrut untuk menjadi security. Dan setelah proyek selesai jalanan akan diperbaiki seluruhnya, untuk sementara hanya tambal sulam untuk jalanan yang rusak. Karyawan kedua perusahaan itu pun mengambil dokumentasi atas rumah-rumah warga untuk dimasukkan asuransi, jika ada kerusakan yang terjadi akibat proyek pembangunan tersebut. Untuk sementara beres!

Namun kemudian muncul masalah baru ternyata dari blue print yang terlihat oleh orang berwenang di komplek, proyek ini nantinya (kedua sekolah tersebut) hanya akan memakai jalan komplek kami. Padahal sebelumnya berhembus kabar aka nada jalanan yang ditembuskan ke polder maupun ringrut. Tentu saja hal ini mengundang protes keras, bagaimana tidak jalanan yang akan digunakan itu bukanlah jalanan umum tapi jalanan milik warga komplek. Jika proyek ini diteruskan berarti pekarangan yang dimiliki warga akan berkurang banyak. Disinilah salah satu hal yang membuatku resah. Berarti rerimbunan pohon dirumahku akan berkurang….oh….no…

Memang proyek ini memiliki dampak positif bagi warga komplek : adanya tiga orang warga yang mendapat pekerjaan, harga kaplingan tanah meningkat, dapat tambahan duit sewa atau kos, penjualan pulsa Alhamdulillah meningkat, usaha warung plus gorengan milik orang tuaku Alhamdulillah menjadi laris.

Tapi dampak negatif itu sepertinya akan mulai terasa, dan itu yang aku khawatirkan. Setelah masuk pemberitaan Koran lokal tentang banjir dan lumpur yang terjadi saat hujan akibat kelangsungan proyek tersebut. Bos di proyek tersebut memutuskan untuk meratakan tanah di sekitar parit dan menggalinya. Dan hasilnya SDIT dan SMPIT Cordova terlihat dekat dari rumahku, padahal sebelumnya terlihat jauh. Dan jalanan kalo malam di sana tidak tampak gelap lagi. Itu hal positif tentu saja.

Tapi coba perhatikan ini, karena garapan yang dibuat, beberapa tanaman, tumbuhan serta pepohonan yang rimbun menghilang dari samping jalanan rumahku (di situ belum dibangun rumah). Yang kutakutkan dari hal ini adalah hewan-hewan kehilangan tenpat untuk bermain maupun mencari makan terutama para burung.

Saat masih rimbun terkadang ku dapat melihat burung-burung asing, bagi mataku, karena ku hanya sering melihat burung dara dan burung gereja. Mereka berkicau, hinggap dari satu dahan ke dahan lain. Dan karena rimbunnya udah hilang masihkah burung-burung itu sudi untuk mampir menunjukkan dirinya, aku takut tidak… dan itu berarti lama-lama mereka akan menghilang atau malah jangan-jangan punah.

Tolong hijaukan lagi komplekku dan jangan kurangi pekaranganku. Aku suka rimbunnya yang hijau, dingin, teduh dan menyejukkan mata.

Comments :

0 tanggapan to “Resah”


Posting Komentar

semua tanggapan yang kalian berikan akan dimoderasi terlebih dahulu ya...............................